HUBUNGAN PERNIKAHAN MUDA DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS
DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2015
Agustina Harianti, Luvi Dian
Afriani 1, Priyanto 2
DIV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo
Ungaran
ABSTRAK
Kanker serviks di Indonesia adalah penyakit kanker
dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Sampai sekarang, belum diketahui
faktor utama apa yang menjadi penyebab utama kanker serviks. Pernikahan muda
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker serviks yang kejadian
terus meningkat tiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota
Semarang Tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
menggunakan pendekatan case control, data diambil dari data rekam medis RSUD Kota
Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita
yang mengalami masalah ginekologi sebanyak
219. Sampel kasus sebanyak 69 orang diperoleh dengan teknik purvosive sampling
dan sampel kontrol sebanyak 69 orang diperoleh dengan teknik simple random
sampling. Analisis data dengan menggunakan uji Chi
square. Hasil
penelitian menunjukkan responden yang mengalami kanker lebih banyak
menikah muda yaitu 40 (58,0%) responden
dibandingkan dengan responden yang menikah muda tetapi tidak kanker
sebanyak 27 (39,1%). Ada hubungan yang
signifikan antara pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks dengan p-value 0,041
< α 0,05 dan OR = 2,146
(95% CI = 1,087-4,235) artinya wanita yang
menikah muda mempunyai peluang 2 kali
lebih beresiko untuk terkena kanker serviks
dibandingkan wanita yang tidak menikah muda. Berdasarkan dari
hasil penelitian tersebut
disarankan para wanita agar merencanakan
pernikahan di atas
usia 19 tahun dan deteksi dini melalui pemeriksaan rutin di tenaga kesehatan
guna mempermudah pengobatan dan mencegah kanker.
Kata
kunci: Pernikahan
Muda, Kanker Serviks
ABSTRACT
Cervical cancer has the highest prevalence among other
cancers in Indonesia. Until now the major factor is not known. Young marriage is one of the
risk factors of breast cancer which is increasing every year. The purpose of
this study is to know the correlation between young marriage and cervical
cancer at Semarang General Hospital in 2015.
The design
of this research was
observational analitic with case
control approach. The data
were extracted from the medical records of Semarang General Hospital. The
population in this research was the women experiencing gynecological problems
as many as 219. The sample cases as many as 69 persons They were obtained by
using purposive sampling, and the sample control as many as 69 persons they
were obtained by using simple random sampling. Data analysis used the Chi-square test
The results show that the respondents who experience
cancer got married at young age as many as 40 (58.0%) respondents compared to
the respondents who did not get married at young age but have no cancer as many
as 27 (39.1%). There
is a significant correlation between young marriage and cervical cancer with p-value 0.041
< α
0.05 and OR = 2,146 (95% CI= 1,087-4,235) it means
that young marriage has 2 times more at risk opportunities for developing
cervical cancer than women who do not not get married at young age.
Based on
the results of
this study it
suggests women to plan a wedding over the age of 19 years old and to
do early detection through routine checks to health professionals to facilitate
treatment and prevent cancer.
Keywords:
Young Marriage, Cervical Cancer
PENDAHULUAN
Penyakit
kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada
tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru,
hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian
akibat kanker setiap tahunnya. Lebih dari 30% kematian akibat kanker disebabkan
oleh lima faktor resiko prilaku dan pola makan. Diprediksikan kasus kanker
tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade
berikutnya. Secara nasional prevalensi penyakit
kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebanyak 1,4% atau di
perkirakan sekitar 347. 792 orang. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi
penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68,638 dan 61.230 orang. Penyakit
kanker serviks dan kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi
tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan
kanker payudara sebesar 0,5%. (Kemenkes
RI, 2015)
Menurut
Mulyani dan Rinawati (2013), Kanker merupakan salah satu golongan penyakit yang
ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak terkendali,
sehingga menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau
jaringan sehat, kangker payudara merupakan salah satu kanker yang sangat di
ketahui setelah kanker serviks. Kanker
serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks dimana sel-sel
normal berubah menjadi sel kanker, perubahan ini biasanya memakan waktu 10-15 tahun sampai kanker terjadi 80% dari wanita yang berisiko
terinfeksi oleh HPV, hingga 50% dari mereka akan terinfeksi oleh HPV sepanjang
masa hidupnya. (Andriani. 2010, dalam Rahayu 2015).
Menurut
Rahayu (2015), penyebab utama kanker serviks adalah human papillomavirus (HPV)
di dunia ,HPV tipe 16, 18, 31, 45, dan 52 yang secara bersamaan menjadi
penyebab lebih dari 80% kanker servik. Beberapa faktor resiko dan predisposisi
yang menyebabkan perempuan terpapar HPV di antaranya adalah sebagai berikut:
menikah muda atau memulai aktifitas seksual pada usia muda, jumlah kehamilan
dan partus, perilaku seksual, riwayat infeksi, social ekonomi, hygiene dan
sirkumisi, merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim), defisiensi zat
besi. (Komalasari dan Andriyantoro. 2012).
Menurut
Rosyid (2014), menikah di usia dini atau terlalu muda, yakni 15 hingga 19 tahun
bisa membawa pengaruh negatif bagi kesehatan kaum perempuan. Menurut Fasli
(2015), salah satunya saluran rahim belum sempurna, sehingga berbahaya jika
melahirkan, sel-sel di saluran vagina perempuan yang menikah terlalu muda bisa
menjadi sel ganas yang mengakibatkan kanker saat melakukan aktivitas seksual
dengan frekuensi yang tinggi. Masalah reproduksi yang di akibatkan oleh
hubungan seksual lebih serius pada wanita di bandingkan pada pria. (Charles. 2002).
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Non Eksperimen
dengan desain penelitian Observasional
Analitik dengan pendekatan Case Control. Sampel dalam penelitian ini
terdiri dari dua kelompok yaitu:
1) Kelompok
kasus
Wanita yang mengalami kanker serviks dengan kriteria
kasus adalah
a) Inklusi
(1)
Wanita yang pernah dirawat di ruang
parikesit yang tidak memiliki penyakit dengan
diagnose ganda.
b)
Eksklusi
(1) Wanita
yang memiliki penyakit menular seksual.
(2) Pasien
yang tidak memiliki data umur menikah.
2) Kelompok
Kontrol
Wanita
yang tidak mengalami kanker serviks
dengan kriteria adalah
a) Kriteria
Inklusi
(1)
Wanita yang menderita penyakit tidak
menular seperti bartolinitis, mioma uteri, tumor ovarium, dan infertilitas yang
dirawat di RSUD Kota Semarang pada bulan Januari-Desember 2015.
b) Kriteria
Eksklusi
(1) Pasien
yang tidak memiliki data umur menikah.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling untuk kelompok kasus
dan simple random sampling untuk kelompok kontrol, dengan besaran sampel 69 kasus dan 69 kontrol. Instrument penelitian
menggunakan chek list yg berisi umur
pertama menikah dan diagnose penyakit. Data dianalisis dengan menggunakan uji
Chi-Square atau Uji fisher sebagai alternatifnya dan dihitung menggunakan analisis risiko Odds Ratio (OR) (α=0,05).
HASIL PENELITIAN
1. Analisis
Univariat
Distribusi
Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan kejadian kanker serviks Tabel 4.1 Distribusi
Frekuensi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan kejadian kanker serviks di
RSUD Kota Semarang tahun 2015.
Kejadian Kanker Serviks
|
n
|
%
|
Kasus
|
69
|
100
|
Kontrol
|
69
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa kelompok kasus yang digunakan berjumlah 69 orang (100%) dan kelompok kontrol yang digunakan
berjumlah 69 orang (100%).
Distribusi
Pernikahan Muda
Tabel 4.2 Distribusi
Frekuensi berdasarkan pernikahan muda di RSUD Kota Semarang tahun 2015.
Pernikahan muda
|
N
|
%
|
Menikah muda
|
67
|
48,6
|
Tidak menikah muda
|
71
|
51,4
|
Total
|
138
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.2
dapat diketahui bahwa dari 138 sampel yang digunakan sebagian
besar tidak menikah muda 71 (51,4%) sedangkan yang menikah muda 67 (48,6%).
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.3 Analisis
Hubungan Antara Pernikahan
Muda dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD Kota Semarang tahun 2015.
Pernikahan muda
|
Kasus
|
Kontrol
|
||
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Nikah muda
|
40
|
58,0
|
27
|
39,1
|
Tidak nikah muda
|
29
|
42,0
|
42
|
60,9
|
Total
|
69
|
100
|
69
|
100
|
P value
|
0,041
|
|||
OR 2,146
|
||||
CI 95% 1,087-4,235
|
Berdasarkan table 4.3 diatas responden
yang mengalami kanker lebih banyak menikah
muda yaitu 40 (58,0%) responden
dibandingkan dengan responden yang menikah muda tetapi tidak kanker
sebanyak 27 (39,1%).
Hasil perhitungan statistik dengan uji chi
square diperoleh nilai p (value)= 0,041 sehingga p-value <
0,05 yang berarti Ho di tolak dan Ha diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ada hubungan antara pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota Semarang Tahun 2015.
Nilai OR (Odd Ratio) yaitu 2,146 sehingga
OR
> 1 artinya, wanita yang menikah muda mempunyai peluang
2 kali lebih beresiko untuk mengalami
kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak menikah muda.
PEMBAHASAN
1. Analisis
Univariat
a. Kanker serviks
Kanker serviks adalah
pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks dimana sel-sel normal berubah menjadi
sel kanker, perubahan ini biasanya memakan
waktu 10-15 tahun sampai kanker
terjadi 80% dari wanita yang berisiko terinfeksi oleh HPV, hingga 50%
dari mereka akan terinfeksi oleh HPV sepanjang masa hidupnya. (Andriani. 2010,
dalam Rahayu 2015).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di RSUD Kota Semarang didapatkan 89 responden yang menderita kanker serviks, ini
menggambarkan bahwa masih banyaknya wanita yang mengalami kanker serviks di
RSUD Kota Semarang. Hal ini terjadi karena tingkat paparan wanita
terhadap berbagai faktor resiko terjadinya kanker serviks semakin tinggi. Tiga
faktor resiko kanker terdiri dari 3 faktor utama yaitu faktor genetic, faktor
karsinoma dan faktor prilaku atau gaya hidup.
Rendahnya pendidikan merupakan penyebab meningkat
kejadian kanker serviks di RSUD kota semarang dari 89 responden yang menderita
kanker serviks didapatkan 21 responden
yang berpendidikan SD, 15 SMP, 19 SMA,
34 PT. Rendahnya pengetahuan ini merupakan
penghambat menikatnya kesadaran pada wanita akan kanker serviks, sehingga
wanita yang memiliki pendidikan tinggi paparan informasi tentang penyakit
kanker lebih besar dibandingan dengan wanita yang berpendidikan rendah.
b. Menikah Muda
Pernikahan
dini adalah mereka perempuan yang menikah pada interval umur 15-19 tahun
(Siregar, 2014), pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah
satu pasangan yang memiliki usia di bawah umur yang biasanya dibawah 19 tahun.
Baik pria atau wanika jika belum cukup umur (19 Tahun) jika melangsungkan
pernikahan dapat dikatakan sebagai pernikahan usia dini (Rohmanah, 2014).
Indonesia menempati urutan ke 37 dunia,
dan pringkat 2 di Asia dalam persentasi pernikahan dini atau kehamilan pada
remaja, angka tersebut merupakan angka pantastik, karena menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat pernikahan tak terduga
yang tinggi. Di Indonesia juga hamper 50% dari 2,5 juta pernikahan
pertahun adalah pernikahan muda, dari segi anatomi, psikologi, psikis, dan
kejiwaan wanita berusia dibawah 20 tahun belum cukup matang untuk melangsungkan
pernikahan, pernikahan muda selain meningkatkan terjadinya kanker juga meningkatkan angka kematian ibu dan juga
mempengaruhi tingginya angka perceraian.
Dari hasil penelitian yang
dilakukan di RSUD Kota Semarang di dapatkan wanita yang menikah muda sebanyak
67 (48,6%) dan wanita yang tidak menikah muda sebanyak 71 (51,4%).
Wanita yang menikah pada rentan usia 14-17 tahun sebanyak 31 responden
dan yang menikah muda pada rentan umur 18-19 tahun sebanyak 36 orang sehingga
dapat disimpulkan bahwa wanita yang tidak menikah muda lebih banyak
dibandingkan dengan wanita yang menikah muda.
Penyebab pernikahan dini yaitu kurangnya pengetahuan wanita yang
disebabkan oleh rendahnya pendidikan, faktor ekonomi, di RSUD Kota Semarang
masih banyak wanita yang hanya bekerja sebagai IRT (ibu rumah tangga).
Sesuai dengan teori faktor
penyebab pernikahan dini yaitu: faktor pendidikan, faktor ekonomi, hamil
sebelum nikah, faktor adat dan budaya, telah melakukan hubungan sebelum nikah
dan faktor pemahaman agama.
2.
Analisis Bivariat
Berdasarkan
hasil analisis yang diperoleh bahwa 40 (58,0%)
wanita menikah muda menderita kanker, 27 (39,1%) wanita menikah muda
tidak kanker, 29 (42,0%) wanita tidak menikah muda menderita kanker dan 42
(60,9%) wanita tidak menikah muda tidak kanker. Berdasarkan hasil tersebut
disimpulkan bahwa penderita kanker serviks lebih banyak terjadi pada wanita
yang menikah muda dibandingkan dengan
wanita yang tidak menikah muda.
Responden yang
menikah muda tetapi tidak terkena kanker serviks dapat dijelaskan sebagai kemungkinan
adanya proses lain yang terjadi dalam mekanisme tubuh mereka. Seperti kanker
serviks erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh, proliferasi sel, proses
imflamasi (peradangan), paparan radikal bebas, dan iradiasi UV yang sangat
mempengaruhi terjadinya kanker atau tidak kanker pada seseorang
Hasil uji statistik dengan chi square di
peroleh p-value 0,041 lebih kecil dari α
(0,05) sehingga didapatkan kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara
menikah muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota Semarang tahun
2015, dengan OR sebesar 2,146 (95% CI
1,087-4,235 ), yang berarti wanita yang menikah muda
mempunyai peluang 2 kali lebih beresiko untuk mengalami kanker serviks
dibandingkan wanita yang tidak menikah muda.
Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan, pada saat wanita berusia < 20 tahun,
terjadi perubahan
sel dalam mulut rahim dalam fase yang sangat aktif, ketika
sel membelah secara aktif (metaplasi), benda
asing seperti alat kelamin laki-laki dan sel sperma dapat menyebabkan perkembangan
sel menjadi abnormal, dengan terjadinya perubahan sel menjadi abnormal
memicu terjadinya kanker serviks hal ini dapat terjadi pada wanita
yang melakukan hubungan
intim karena pernikahan di usia dini, serta organ-organ reproduksi
pada wanita usia muda juga belum
berkembang dengan sempurna sehingga rentan mengalami lesi atau luka saat
melakukan hubungan
intim atau hubungan seksual usia dini, ketika terjadi lesi atau luka pada organ intim
wanita, human papilloma virus (HPV) yang menjadi penyebab kanker serviks
akan lebih mudah masuk dan menginfeksi jaringan pada organ
intim wanita sehingga berkembang menjadi sel kanker di kemudian harinya,
karakter HPV sendiri akan lebih mudah berkembang di jaringan tubuh yang masih
muda. (Komalasari dan Andriyantoro. 2012)
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Setyarini (2009), menikah muda merupakan faktor resiko
terhadap kejadian kanker serviks dengan besar resiko 5 kali, untuk mengalami
kanker serviks pada perempuan yang menikah pada usia ≤ 20 tahun, dan Joeharno
(2008), umur pertama kali menikah merupakan faktor risiko terhadap
kejadian kanker leher rahim dengan
besar risiko 2 kali, untuk mengalami kanker leher rahim pada perempuan yang
melaksanakan perkawinan pada usia <
20 tahun dibandingkan dengan perkawinan pada usia > 20 tahun.
3.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki kelemahan atau keterbatasan
yaitu: Peneliti tidak dapat menggali
mengenai umur responden pertama kali saat hubunga seksual, hanya dapat mengetahui usia pertama kali
responden menikah.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian
tentang hubungan pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota
Semarang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan
hasil penelitian di RSUD Kota Semarang didapatkan sampel wanita yang menikah di
usia ≤ 19 tahun sebanyak 67 (48,6%).
2. Berdasarkan
hasil penelitian di RSUD Kota Semarang didapatkan sampel wanita yang mengalami
kanker serviks sebanyak 69 (31,5%).
3. Ada
hubungan antara pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota
Semarang dengan p-value 0,041 <
0,05.
SARAN
Adapun saran
yang dapat disampaikan pada penelitian ini Peningkatan
pengetahuan dan pemahaman tentang kanker serviks melalui penyuluhan terhadap
masyarakat dengan resiko tinggi kanker serviks, dan pembuatan baliho, leaflet,
poster dan media lainnya mengenai kanker
serviks .
Pencegahan resiko kanker serviks
dengan pendewasaan usia perkawinan (PUP)
atau perencanaan pernikahan diatas usia 19 tahun, deteksi dini melalui
pemeriksaan rutin di tenaga kesehatan guna mempermudah pengobatan dan mencegah
kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2015. Awas, Ini Bahayanya Jika Perempuan Hubungan Seks Sebelum Usia 17
Tahun. Diakses 19 Oktober 2015. http://makassar.tribunnews.com/2015/05/22/awas-ini-bahayanya-jika-perempuan
hubungan-seks-sebelum-usia-17-tahun.html.
Bararah, Vera Farah. 2010. Perempuan Sebaiknya Jangan Menikah di Bawah Usia 20 Tahun. Diakses 07 Oktober 2015. http://health.detik.com.
Data rekam medis RSUD Kota Semarang. 2015
Data register RSUD Kota Semarang. 2015
Irianto, Sulistyawati. 2006. Perempuan dan Hukum Menuju Hubungan yang Berperspektif Kesetaraan dan
Keadilan.Yayasan Obor Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta
Komalasari, I., dan Iwan Andhyantoro.2012.Kesehatan Reproduki Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan.Jakarta:
Salemba Medika.
Majidi, Nasyith. 2012. Parents Guide Sex dan Marriage. Solo:
PT Tiga Serangkai
Pustaka
Mandiri.
Mulyani, Nila Siti., dan
Mega Rinawati. 2013.Kanker Payudara dan
PMS pada
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmojo,
S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan2. Jakarta :Rineka
Cipta.
Nurmala, Euis. 2014. Pernikahan Dini dan Trafficking Jawa Barat
Tinggi. Diakses 11 Oktober 2015. http://jabar.bkkbn.go.id/
pernikahan dini dan trafficking jawa barat tinggi.html.
Nursalam. 2013.Metodologi
Penelitian Klinis.Jakarta:Salemba
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta. PT Bima Pustaka Sarwono Prawirihardjo.
Ramadhan,
Hasan. 2014. Faktor Penyebab Pernikahan
Dini. Diakses 11 Oktober
Rohmanah, Chy. 2014. Pengertian Pernikahan Dini, Dampak Positif dan
Negatifnya. Diakses 11 Oktober 2015. http://www.chy rohmanah/pengertian pernikahan
dini, dampak positif dan negatifnya.html.
Sastroasmoro, Sudigdo.2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klini.
Jakarta: CV.
Sugiono Seto.
Setyarini, Eka. 2009. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Leher Rahimdi
RSUD DR. Moewardi Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Sugiyono.
2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Suparyanto.
2011. Konsep-Pernikahan-Dini.
Diakses 11 Oktober 2015.
Surjadi, Charles. 2002. Kesehatan Reproduksi Narkoba Dan Kota Sehat.jaringan epidemiologi
nasional
Sri Rahayu, Dedeh. 2015. Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
www.surya.co.id.
Ini bahaya menikah muda bagi perempuan
diakses 04/10/2015: 18.20 pm.
Zukhal, Farida. 2013. Angka Kematian di Indonesia Meningkat Tajam. Diakses 25 September
2015.http://www.rri.co.id/surabaya/post/berita/81265/sosial/
angka pernikahan dini di indonesia meningkat taja..html.
DOKUMENTASI