Minggu, 16 Oktober 2016

SKRIPSI "HUBUNGAN PERNIKAHAN MUDA DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2015"



HUBUNGAN PERNIKAHAN MUDA DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS
DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2015

Agustina Harianti, Luvi Dian Afriani 1, Priyanto 2

DIV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran



ABSTRAK

Kanker serviks di Indonesia adalah penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Sampai sekarang, belum diketahui faktor utama apa yang menjadi penyebab utama kanker serviks. Pernikahan muda merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker serviks yang kejadian terus meningkat tiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota Semarang Tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik  dengan menggunakan pendekatan case control, data diambil dari data rekam medis RSUD Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang mengalami masalah ginekologi sebanyak 219. Sampel kasus sebanyak 69 orang diperoleh dengan teknik purvosive sampling dan sampel kontrol sebanyak 69 orang diperoleh dengan teknik simple random sampling. Analisis data dengan menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami kanker lebih banyak menikah  muda yaitu 40 (58,0%) responden dibandingkan dengan responden yang menikah muda tetapi tidak kanker sebanyak  27 (39,1%). Ada hubungan yang signifikan antara pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks dengan p-value 0,041 < α 0,05 dan OR = 2,146 (95% CI = 1,087-4,235) artinya wanita yang menikah muda mempunyai peluang 2 kali lebih beresiko untuk terkena kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak menikah muda. Berdasarkan  dari  hasil  penelitian  tersebut  disarankan para wanita agar merencanakan  pernikahan di atas usia 19 tahun dan deteksi dini melalui pemeriksaan rutin di tenaga kesehatan guna mempermudah pengobatan dan mencegah kanker.

Kata kunci: Pernikahan Muda, Kanker Serviks





ABSTRACT

Cervical cancer has the highest prevalence among other cancers in Indonesia. Until now the major factor  is not known. Young marriage is one of the risk factors of breast cancer which is increasing every year. The purpose of this study is to know the correlation between young marriage and cervical cancer at Semarang General Hospital in 2015.
The design of this research was observational analitic with case control approach. The data were extracted from the medical records of Semarang General Hospital. The population in this research was the women experiencing gynecological problems as many as 219. The sample cases as many as 69 persons They were obtained by using purposive sampling, and the sample control as many as 69 persons they were obtained by using simple random sampling. Data analysis used the Chi-square test
The results show that the respondents who experience cancer got married at young age as many as 40 (58.0%) respondents compared to the respondents who did not get married at young age but have no cancer as many as 27 (39.1%). There is a significant correlation between young marriage and cervical cancer with  p-value 0.041 < α 0.05 and OR = 2,146 (95% CI= 1,087-4,235) it means that young marriage has 2 times more at risk opportunities for developing cervical cancer than women who do not not get married at young age.
Based  on  the  results of this  study  it  suggests women to plan a wedding over the age of 19 years old and to do early detection through routine checks to health professionals to facilitate treatment and prevent cancer.

Keywords: Young Marriage, Cervical Cancer











PENDAHULUAN
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Lebih dari 30% kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor resiko prilaku dan pola makan. Diprediksikan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya. Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebanyak 1,4% atau di perkirakan sekitar 347. 792 orang. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68,638 dan 61.230 orang. Penyakit kanker serviks dan kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan kanker payudara sebesar 0,5%. (Kemenkes RI, 2015)
Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), Kanker merupakan salah satu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat, kangker payudara merupakan salah satu kanker yang sangat di ketahui setelah kanker serviks. Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks dimana sel-sel normal berubah menjadi sel kanker, perubahan ini biasanya memakan  waktu 10-15 tahun sampai kanker  terjadi 80% dari wanita yang berisiko terinfeksi oleh HPV, hingga 50% dari mereka akan terinfeksi oleh HPV sepanjang masa hidupnya. (Andriani. 2010, dalam Rahayu 2015).
Menurut Rahayu (2015), penyebab utama kanker serviks adalah human papillomavirus (HPV) di dunia ,HPV tipe 16, 18, 31, 45, dan 52 yang secara bersamaan menjadi penyebab lebih dari 80% kanker servik. Beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menyebabkan perempuan terpapar HPV di antaranya adalah sebagai berikut: menikah muda atau memulai aktifitas seksual pada usia muda, jumlah kehamilan dan partus, perilaku seksual, riwayat infeksi, social ekonomi, hygiene dan sirkumisi, merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim), defisiensi zat besi. (Komalasari dan Andriyantoro. 2012).
Menurut Rosyid (2014), menikah di usia dini atau terlalu muda, yakni 15 hingga 19 tahun bisa membawa pengaruh negatif bagi kesehatan kaum perempuan. Menurut Fasli (2015), salah satunya saluran rahim belum sempurna, sehingga berbahaya jika melahirkan, sel-sel di saluran vagina perempuan yang menikah terlalu muda bisa menjadi sel ganas yang mengakibatkan kanker saat melakukan aktivitas seksual dengan frekuensi yang tinggi. Masalah reproduksi yang di akibatkan oleh hubungan seksual lebih serius pada wanita di bandingkan pada pria. (Charles. 2002).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Non Eksperimen dengan desain penelitian Observasional Analitik  dengan pendekatan Case Control. Sampel  dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu:
1)      Kelompok kasus
Wanita yang mengalami kanker serviks dengan kriteria kasus adalah
a)      Inklusi
(1)      Wanita yang pernah dirawat di ruang parikesit yang tidak memiliki penyakit dengan diagnose ganda.
b)      Eksklusi
(1)   Wanita yang memiliki penyakit menular seksual.
(2)   Pasien yang tidak memiliki data umur menikah.
2)      Kelompok Kontrol
Wanita yang tidak mengalami kanker serviks dengan kriteria adalah
a)      Kriteria Inklusi
(1)   Wanita yang menderita penyakit tidak menular seperti bartolinitis, mioma uteri, tumor ovarium, dan infertilitas yang dirawat di RSUD Kota Semarang pada bulan Januari-Desember 2015.
b)      Kriteria Eksklusi
(1)   Pasien yang tidak memiliki data umur menikah.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling untuk kelompok kasus dan simple random sampling  untuk kelompok kontrol, dengan besaran sampel 69 kasus dan 69 kontrol. Instrument penelitian menggunakan chek list yg berisi umur pertama menikah dan diagnose penyakit. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square atau Uji fisher sebagai alternatifnya dan dihitung menggunakan analisis risiko Odds Ratio (OR) (α=0,05).

HASIL PENELITIAN
1.      Analisis Univariat
Distribusi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan kejadian kanker serviks Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kelompok Kasus dan Kontrol Berdasarkan kejadian kanker serviks di RSUD Kota Semarang tahun 2015.
Kejadian Kanker Serviks
n
%
Kasus
69
100
Kontrol
69
100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok kasus yang digunakan berjumlah 69 orang  (100%) dan kelompok kontrol yang digunakan berjumlah  69  orang (100%).



Distribusi Pernikahan Muda
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan pernikahan muda di RSUD Kota Semarang  tahun 2015.
Pernikahan muda
N
%
Menikah muda
67
48,6
Tidak menikah muda
71
51,4
Total
138
100

Berdasarkan  tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 138 sampel yang digunakan sebagian besar tidak menikah muda 71 (51,4%) sedangkan yang menikah muda 67 (48,6%).
2.      Analisis Bivariat
Tabel 4.3 Analisis Hubungan Antara Pernikahan Muda dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD Kota Semarang tahun 2015.
Pernikahan muda
Kasus
Kontrol

n
%
n
%
Nikah muda
40
58,0
27
39,1
Tidak nikah muda
29
42,0
42
60,9
Total
69
100
69
100
P value
0,041
OR 2,146
CI 95% 1,087-4,235
Berdasarkan table 4.3 diatas responden yang mengalami kanker lebih banyak menikah  muda yaitu  40 (58,0%) responden dibandingkan dengan responden yang menikah muda tetapi tidak kanker sebanyak  27 (39,1%).
Hasil perhitungan statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p (value)= 0,041 sehingga p-value < 0,05 yang berarti Ho di tolak dan Ha diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks  di RSUD Kota Semarang Tahun 2015.
Nilai OR (Odd Ratio) yaitu 2,146 sehingga OR  > 1 artinya, wanita yang menikah muda mempunyai peluang 2 kali lebih beresiko untuk mengalami kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak menikah muda.

PEMBAHASAN
1.      Analisis Univariat
a.    Kanker serviks
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks dimana sel-sel normal berubah menjadi sel kanker, perubahan ini biasanya memakan  waktu 10-15 tahun sampai kanker  terjadi 80% dari wanita yang berisiko terinfeksi oleh HPV, hingga 50% dari mereka akan terinfeksi oleh HPV sepanjang masa hidupnya. (Andriani. 2010, dalam Rahayu 2015).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Semarang didapatkan 89 responden yang menderita kanker serviks, ini menggambarkan bahwa masih banyaknya wanita yang mengalami kanker serviks di RSUD Kota Semarang. Hal ini terjadi karena tingkat paparan wanita terhadap berbagai faktor resiko terjadinya kanker serviks semakin tinggi. Tiga faktor resiko kanker terdiri dari 3 faktor utama yaitu faktor genetic, faktor karsinoma dan faktor prilaku atau gaya hidup.
Rendahnya pendidikan merupakan penyebab meningkat kejadian kanker serviks di RSUD kota semarang dari 89 responden yang menderita kanker serviks  didapatkan 21 responden yang berpendidikan SD, 15 SMP,  19 SMA, 34 PT. Rendahnya pengetahuan ini  merupakan penghambat menikatnya kesadaran pada wanita akan kanker serviks, sehingga wanita yang memiliki pendidikan tinggi paparan informasi tentang penyakit kanker lebih besar dibandingan dengan wanita yang berpendidikan rendah.

b.   Menikah Muda
     Pernikahan dini adalah mereka perempuan yang menikah pada interval umur 15-19 tahun (Siregar, 2014), pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan yang memiliki usia di bawah umur yang biasanya dibawah 19 tahun. Baik pria atau wanika jika belum cukup umur (19 Tahun) jika melangsungkan pernikahan dapat dikatakan sebagai pernikahan usia dini (Rohmanah, 2014).
Indonesia menempati urutan ke 37 dunia, dan pringkat 2 di Asia dalam persentasi pernikahan dini atau kehamilan pada remaja, angka tersebut merupakan angka pantastik, karena menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat pernikahan tak terduga yang tinggi.  Di Indonesia  juga hamper 50% dari 2,5 juta pernikahan pertahun adalah pernikahan muda, dari segi anatomi, psikologi, psikis, dan kejiwaan wanita berusia dibawah 20 tahun belum cukup matang untuk melangsungkan pernikahan, pernikahan muda selain meningkatkan terjadinya kanker juga  meningkatkan angka kematian ibu dan juga mempengaruhi tingginya angka perceraian.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Semarang di dapatkan wanita yang menikah muda sebanyak 67 (48,6%) dan wanita yang tidak menikah muda sebanyak  71 (51,4%).  Wanita yang menikah pada rentan usia 14-17 tahun sebanyak 31 responden dan yang menikah muda pada rentan umur 18-19 tahun sebanyak 36 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita yang tidak menikah muda lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang menikah muda.  Penyebab pernikahan dini yaitu kurangnya pengetahuan wanita yang disebabkan oleh rendahnya pendidikan, faktor ekonomi, di RSUD Kota Semarang masih banyak wanita yang hanya bekerja sebagai IRT (ibu rumah tangga).
Sesuai dengan teori faktor penyebab pernikahan dini yaitu: faktor pendidikan, faktor ekonomi, hamil sebelum nikah, faktor adat dan budaya, telah melakukan hubungan sebelum nikah dan faktor pemahaman agama.

2.      Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh bahwa 40 (58,0%)  wanita menikah muda menderita kanker, 27 (39,1%) wanita menikah muda tidak kanker, 29 (42,0%) wanita tidak menikah muda menderita kanker dan 42 (60,9%) wanita tidak menikah muda tidak kanker. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa penderita kanker serviks lebih banyak terjadi pada wanita yang menikah muda  dibandingkan dengan wanita yang tidak menikah muda.
Responden yang menikah muda tetapi tidak terkena kanker serviks dapat dijelaskan sebagai kemungkinan adanya proses lain yang terjadi dalam mekanisme tubuh mereka. Seperti kanker serviks erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh, proliferasi sel, proses imflamasi (peradangan), paparan radikal bebas, dan iradiasi UV yang sangat mempengaruhi terjadinya kanker atau tidak kanker pada seseorang
Hasil  uji statistik dengan chi square di peroleh  p-value 0,041 lebih kecil dari α (0,05) sehingga didapatkan kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara menikah muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota Semarang tahun 2015,  dengan OR sebesar 2,146 (95% CI 1,087-4,235 ), yang berarti  wanita yang menikah muda mempunyai peluang 2 kali lebih beresiko untuk mengalami kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak menikah muda.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan, pada saat wanita berusia < 20 tahun, terjadi perubahan sel dalam mulut rahim dalam fase yang sangat aktif, ketika sel membelah secara aktif (metaplasi), benda asing seperti alat kelamin laki-laki dan sel sperma dapat menyebabkan perkembangan sel menjadi abnormal, dengan terjadinya perubahan sel menjadi abnormal memicu terjadinya kanker serviks hal ini dapat terjadi pada wanita yang melakukan  hubungan intim karena pernikahan di usia dini, serta organ-organ reproduksi pada wanita usia muda juga belum berkembang dengan sempurna sehingga rentan mengalami lesi atau luka saat melakukan hubungan intim atau hubungan seksual usia dini, ketika terjadi lesi atau luka pada organ intim wanita, human papilloma virus (HPV) yang menjadi penyebab kanker serviks akan lebih mudah masuk dan menginfeksi jaringan pada organ intim wanita sehingga berkembang menjadi sel kanker di kemudian harinya, karakter HPV sendiri akan lebih mudah berkembang di jaringan tubuh yang masih muda. (Komalasari dan Andriyantoro. 2012)
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Setyarini (2009), menikah muda merupakan faktor resiko terhadap kejadian kanker serviks dengan besar resiko 5 kali, untuk mengalami kanker serviks pada perempuan yang menikah pada usia ≤ 20 tahun, dan Joeharno (2008), umur pertama kali menikah merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker leher rahim dengan besar risiko 2 kali, untuk mengalami kanker leher rahim pada perempuan yang melaksanakan perkawinan pada usia < 20 tahun dibandingkan dengan perkawinan pada usia > 20 tahun.
3.      Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki kelemahan atau keterbatasan yaitu: Peneliti tidak dapat  menggali mengenai umur responden pertama kali saat hubunga seksual,  hanya dapat mengetahui usia pertama kali responden menikah.


KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota Semarang, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Kota Semarang didapatkan sampel wanita yang menikah di usia ≤ 19 tahun sebanyak 67 (48,6%).
2.      Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Kota Semarang didapatkan sampel wanita yang mengalami kanker serviks sebanyak 69 (31,5%).
3.      Ada hubungan antara pernikahan muda dengan kejadian kanker serviks di RSUD Kota Semarang dengan p-value 0,041  <  0,05.
SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang kanker serviks melalui penyuluhan terhadap masyarakat dengan resiko tinggi kanker serviks, dan pembuatan baliho, leaflet, poster dan media lainnya  mengenai kanker serviks .
Pencegahan resiko kanker serviks dengan  pendewasaan usia perkawinan (PUP) atau perencanaan pernikahan diatas usia 19 tahun, deteksi dini melalui pemeriksaan rutin di tenaga kesehatan guna mempermudah pengobatan dan mencegah kanker.

DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2015. Awas, Ini Bahayanya Jika Perempuan Hubungan Seks Sebelum Usia 17 Tahun. Diakses 19 Oktober 2015. http://makassar.tribunnews.com/2015/05/22/awas-ini-bahayanya-jika-perempuan hubungan-seks-sebelum-usia-17-tahun.html.

Bararah, Vera Farah. 2010. Perempuan Sebaiknya Jangan Menikah di Bawah Usia 20 Tahun. Diakses 07 Oktober 2015. http://health.detik.com.

 

Data rekam  medis RSUD Kota Semarang. 2015

 

Data register RSUD Kota Semarang. 2015

 

Irianto, Sulistyawati. 2006. Perempuan dan Hukum Menuju Hubungan yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan.Yayasan Obor Indonesia.

Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN: Pusat Data dan  Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
Komalasari, I., dan Iwan  Andhyantoro.2012.Kesehatan Reproduki Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Majidi, Nasyith. 2012. Parents Guide Sex dan Marriage. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.

Mulyani, Nila Siti., dan Mega Rinawati. 2013.Kanker Payudara dan PMS pada
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmojo, S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan2. Jakarta :Rineka Cipta.

Nurmala, Euis. 2014. Pernikahan Dini dan Trafficking Jawa Barat Tinggi. Diakses 11 Oktober 2015.  http://jabar.bkkbn.go.id/ pernikahan dini dan trafficking jawa barat tinggi.html.

Nursalam. 2013.Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta:Salemba

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta. PT Bima Pustaka Sarwono Prawirihardjo.
Ramadhan, Hasan. 2014. Faktor Penyebab Pernikahan Dini. Diakses 11 Oktober
             
Rohmanah, Chy. 2014. Pengertian Pernikahan Dini, Dampak Positif dan
Negatifnya. Diakses 11 Oktober 2015. http://www.chy rohmanah/pengertian pernikahan dini, dampak positif dan negatifnya.html.

Sastroasmoro, Sudigdo.2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klini. Jakarta: CV.
 Sugiono Seto.

Setyarini, Eka. 2009. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Leher Rahimdi RSUD DR. Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Suparyanto. 2011. Konsep-Pernikahan-Dini. Diakses 11 Oktober 2015.

Surjadi, Charles. 2002. Kesehatan Reproduksi Narkoba Dan Kota Sehat.jaringan epidemiologi nasional
Sri Rahayu, Dedeh. 2015. Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
www.surya.co.id. Ini bahaya menikah muda bagi perempuan
diakses 04/10/2015: 18.20 pm.

Zukhal, Farida. 2013. Angka Kematian di Indonesia Meningkat Tajam. Diakses 25 September 2015.http://www.rri.co.id/surabaya/post/berita/81265/sosial/ angka pernikahan dini di indonesia meningkat taja..html.


 DOKUMENTASI